Hujan dan Aku

Berhenti berjalan terhalang hujan turun yang deras, ku pun berlari kecil mencari tempat berteduh menuju pondok bambu beratapkan rumbia tua yang tersusun jarang di tengah sawah, melamun ku menunggu hujan reda.

Terasa nyaman jiwa dan ragaku mendengar sayup alunan hujan yang terhembus angin menghentak rumbia dan tanah didekatku sembari suara petir yang menggelegar bersautan, seperti alunan lagu penghiburku.

Mulai terasa udara dingin menusuk tulang-tulangku melalui rongga pori-poriku, dan meraba seluruh bulu halusku yang melembabkan kulitku, menyadarkanku dari lamunanku.

Terasa nyaman dan tentram, Hujan dan Aku melebur menjadi satu, menjadi anugrah yang terindah cipataan sang Illahi yang tiada duanya.

walaupun lama ku yakin kan reda.

1 komentar:

  1. hiks... sedih x aq bacanya...
    tapi tika hartatong kok ga da ya bg...

    oh q tw..pas hujan itu pasti dia lagi dirumah nampung aer bwt mandi...
    yakin x aq coz diprumnas PAM pada kering... hha...

    oy bg skalian minta alamat dimana abg berteduh kmren yagh... kyaknya enak tu pondoknya buat beduaan... ahay....

    BalasHapus

Beri Komenter Apa saja yang membangun atau mengkritik !!